Kyai Eksentrik ( Singo Prono Muda ) - Legenda

blogger templates

Di masa mudanya Singo Prono adalah seorang pemuda yang sangat tampan. Selain tampan dan gagah, Singo Prono juga dikenal sebagai seorang dukun yang mampu mengobati berbagai macam penyakit, baik penyakit biasa maupun penyakit yang disebabkan oleh tenung, santet, dan sebagainya. Kepandaiannya dalam mengobati berbagai macam penyakit tersebut terkenal sampai jauh di luar desanya. Karena kegagahan dan kepandaiannya itulah oleh masyarakat di desanya, Singo Prono diangkat menjadi seorang kepala desa atau lurah. Akan tetapi sayang sekali, Singo Prono memiliki sifat hidung belang, sombong dan gemar mempermainkan perempuan. Sudah banyak gadis-gadis yang menjadi korban dari nafsu hidung belangnya itu. Akan tetapi kebiasaan dan kegemaran itu tak ada seorang pun yang berani mencegah atau melarangnya. Karena Singo Prono adalah seorang lurah yang memiliki kemampuan olah kanuragan dan kesaktian yang cukup tinggi.
jolalitobat.blogspot.com

Kegemaran yang lain dari Singo Prono adalah suka sekali berburu babi hutan. Memang, berburu babi hutan merupakan pekerjaan sebagian masyarakat di desanya karena babi-babi hutan sering merusak tanaman jagung para peladang sehingga penduduk setempat tak bisa memetik hasil panen jagungnya.
Suatu ketika Ki Lurah Singo Prono mendapat laporan ladang-ladang para petani jagung diserang dan dirusak oleh sekawanan babi hutan. Segera, Ki Lurah Singo Prono pun memutuskan untuk pergi berburu mengejar sekawanan babi hutan yang telah merusak tanaman jagung para petani di desanya bersama beberapa orang pengikutnya dan para penduduk desa setempat. Di ladang mereka semua melihat bagaimana babi-babi hutan itu sedang asyik merusak dan memakan jagung-jagung yang sebentar lagi akan dipanen para peladang. Melihat dan menyaksikan sekawanan babi hutan yang demikian itu, Ki Lurah Singo Prono melemparkan tombaknya ke arah seekor babi hutan yang paling besar, pimpinan dari sekawanan babi hutan itu.
            Tombak itu  tepat mengenai punggung babi hutan yang paling besar. Akan tetapi babi hutan tersebut masih bisa melompat berlari jauh ke dalam hutan. Ki Lurah Singo Prono terus mengejar sampai jauh ke tengah hutan hingga tak disadari ia tersesat dan tak tahu jalan kembali ke desanya.
Ketika ia sedang merenung seorang diri di bawah pohon itu, di antara sadar dan tidak, tiba-tiba ia melihat sebuah bangunan istana tua yang indah dan megah. Ki Lurah Singo Prono pun segera bangkit dari duduknya dan segera berjalan menuju gerbang istana tua itu.
            “wow, ! Alangkah indahnya, luar biasa sekali, sungguh aku tak pernah melihat bangunan sebesar dan seindah ini sebelumnya. Sungguh serasa aku berada dalam kayangan. Siapakah gerangan pemilik istana ini?” Demikian gumam Ki Lurah Singo Prono berdecak kagum. Ia terus berjalan lebih ke dalam lagi memasuki keraton yang indah itu, dan serasa ia berada di dalam dunia gaib.
Ketika ia merasa berada dalam alam ketidaksadaran di dalam istana yang penuh dengan keindahan itu, sayup-sayup ia mendengar suara rintihan seorang wanita yang sedang kesakitan. Ia terus melanjutkan langkahnya berupaya mencari dari mana asal suara rintihan itu. Di sebuah tikungan jalan di istana itu ia berpapasan dengan seorang tua. Rupanya orang tua tersebut adalah ayah dari wanita yang sedang merintih kesakitan tersebut. Orang tua itu menghampiri Ki Lurah Singo Prono seraya bertanya:
            “Wahai orang muda yang tampan, siapakah engkau ini, nak?”  
            “Aku Singo Prono, lurah di desa ini, bapak!”
            “Oh,ya! Kalau bapak boleh tahu, apa maksud ananda datang ke istana ini?”
         “Selain aku adalah lurah di desa ini, aku juga seorang dukun yang bisa mengobati berbagai macam penyakit. Sekarang ini aku sedang mengembara ke berbagai tempat barangkali saja ada orang sakit yang butuh pertolonganku. Sebenarnya siapakah bapak ini?”  Tanya Lurah Singo Prono kepada orang tua itu.
         “Terus terang saja, bapak sangat senang sekali mendengar penuturanmu, nak! Bapak adalah penghuni dan raja di keraton ini, dan wanita yang sedang kesakitan itu adalah putri bapak sendiri yang sedang terluka di punggungnya karena terjatuh dari kuda.” Jawab laki-laki tua itu sambil menunjuk kearah putrinya yang sedang merintih kesakitan.
         “Baiklah, pak! Kalau memang bapak membutuhkan pertolonganku untuk mengobati putri bapak yang sedang sakit itu, saya bersedia menolong putri bapak untuk mengobati lukanya yang sudah semakin parah itu.”
         Ya, ya, ya, boleh, nak! Memang itu yang sesungguhnya bapak harapkan dari tadi, dan bapak ucapkan terima kasih yang tak terhingga. Bapak berjanji, jika putri bapak yang hanya satu-satunya ini sembuh dari lukanya, maka ananda akan saya  kawinkan dengan putri bapak ini.”
Melihat penuturan dari bapak tua itu, hati Singo Prono menjadi gembira sekali. Betapa tidak,  melihat kecantikan paras putri bapak tua itu yang bagaikan dewi kayangan, yang kecantikan dan kejelitaannya belum pernah dijumpai di desanya, gejolak jiwa mudanya yang memang gemar wanita itu semakin menggelora di dalam hatinya.  Dan Lurah Singo Prono dengan perasaan suka cita tak menolak tawaran itu. Dengan keampuhan ilmu pengobatan yang dimilikinya, akhirnya putri itu sembuh dari lukanya yang parah. Kesembuhan luka-lukanya itu kini bahkan menambah kecantikan paras sang putri.
Sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati, akhirnya Lurah Singo Prono pun menikah dengan Sang Putri. Pesta perkawinan pun dilangsungkan dengan mewah dan meriah sekali. Banyak para tamu undangan yang hadir. Terutama dari daerah sekitar keraton. Pesta perkawinan berlangsung selama tujuh hari tujuh malam dengan berbagai macam hiburan, tari-tarian, wayang semalam suntuk, dan sebagainya. Tidak terasa hari berganti minggu, minggu berganti bulan, dan bulanpun berganti tahun. Dan tiga tahun sudah Lurah Singo Prono menjalin mahligai rumah tangga dengan Sang Putri. Perkawinannya pun telah dikaruniai tiga orang putri yang cantik-cantik, manis-manis dan mungil-mungil parasnya.
Suatu ketika, tiba-tiba Lurah Singo Prono terjaga dari tidurnya dan ia tersentak kaget, tak disadarinya  ternyata selama ini ia hanya bermimpi. Setelah disadari apa yang telah terjadi, ia menengok ke arah kiri dan kanan, ternyata ia sedang berada di sarang babi yang kotor dan menjijikkan dengan kotoran babi yang demikian berbau tak sedap. Di sebelahnya ia mendapati seekor babi betina dengan tiga anaknya yang mungil-mungil sedang tertidur lelap. Akhirnya Lurah Singo Prono menyadari apa yang terjadi, bahwa selama ini ia telah menikah dengan seekor babi hutan, dan dari perkawinannya itu membuahkan tiga ekor anak babi yang mungil-mungil. Akhirnya dengan perasaan berat, jijik dan mual, ia mencium ketiga anaknya yang mungil-mungil dan istrinya itu dengan perasaan kasih. Sebelum meninggalkan dunia gaib untuk kembali ke dunia manusia, ia berjanji kepada keluarganya itu untuk tidak berburu babi lagi. Lalu ia pun segera meninggalkan  kubangan sarang babi hutan dan kembali ke desanya.
Sesampai di desanya Lurah Singo Prono membuat peraturan, melarang penduduk desa untuk berburu dan membunuh babi hutan. Untuk menebus semua perbuatan dosanya itu, ia memperdalam ilmu agama Islamnya dengan berguru kepada para kyai. Berbagai pelosok tempat telah dikunjunginya untuk belajar dan memperdalam agama Islam.  Akhirnya Lurah Singo Prono pun menjadi seorang mubalig, ia dikenal baik di desanya mau pun di luar desanya sebagai seorang penyebar agama Islam yang tekun dan soleh. Da’wah dan syiar Islamnya begitu mempesona  dan membuat sejuk hati para pendengarnya. Kemasyhurannya bahkan sampai ke daerah sekitar Surakarta bagian utara. Ia mempunyai banyak murid. Peninggalannya setelah wafat yang bisa dilihat sampai sekarang adalah berupa masjid di desa Walen, Kecamatan Simo. Sampai sekarang masjid itu tetap terpelihara. Dan, makamnya hingga kini pun masih tetap diziarahi oleh penduduk setempat. (Referensi: James Dananjaya. "Cerita Rakyat Dari Jawa Tengah. Grasindo. Jakarta 1993)

0 Response to "Kyai Eksentrik ( Singo Prono Muda ) - Legenda"

Posting Komentar

Translate

Diberdayakan oleh Blogger.